Saturday, February 20, 2021

Dana Pensiun Untuk Usaha Bisnis ?

 Rasio Gagal Bisnis Pensiunan Tinggi


Saya mengamini pendapat kalau sudah pensiun, nikmati masa pensiun, tak perlu buka bisnis. Kenapa demikian, karena dari data yang ada, rasio kegagalan bisnis pensiunan itu sangat tinggi. 


Dari hasil bincang-bincang dengan beberapa pensiunan, yang berhasil dikisaran angka 10-20 persen saja, selebihnya kalau ndak gagal ya ditipu orang. Ini seperti hukum pareto, hanya sedikit yang lolos.


Lantas apa yang menyebabkan bisnis pensiunan itu gagal, dari hasil obrolan itu, disimpulkan setidaknya ada 3 hal pokok yang menyebabkan bisnis pensiunan terpuruk.


1. Mindset

Mindset pekerja dan pebisnis itu sungguh berbeda, bak siang dan malam. Sebagai pekerja, maka sudah jelas jam kerjanya, weekend libur. Bagi wirausaha, sebenarnya tak ada waktu libur, karena mesti terus berpikir. 


Di kantor kerja sudah mekanistik, tugas-tugas sudah jelas, tinggal just do it. Wirausaha harus mendesain sendiri, karena semua kontrol ada didirinya.


Dalam hal income juga beda, pekerja sudah jelas kapan gajian dan bonus diberikan. Wirausaha tak jelas, kadang naik dan turun.


Masalah utamanya, saat bekerja puluhan tahun terbiasa dengan pola pikir, cara kerja dan ritme kantor. Saat bermutasi jadi wirausaha, semua harus meenggunakan cara yang berbeda. Ada banyak pensiunan, saat berbisnis dengan mindset kerja dikantor sebelumnya, padahal objeknya sudah berbeda.


Merubah mindset ini tak mudah, karena sudah terbentuk bertahun-tahun. Berubah dari bossy menjadi egaliter misalnya. Dari kebiasaan dilayani, menjadi melayani. Dari kebiasaan ngomong menjadi banyak mendengar. Ini ndak mudah dan banyak yang gagal melakukannya.


2. Life Style

Kedua yang menyebabkan kegagalan adalah gaya hidup. Dalam kurun yang lama terbiasa dengan income yang pasti menyebabkan begitu mudah mengeluarkan uang. Terbiasa memegang uang besar sering meremehkan uang kecil. Terbiasa dapat untung besar sehingga tak siap untung seadanya.


Kebiasaan dengan income pasti menyebabkan begitu royal menggunakan uang. Bahkan saat pensiun pun tak mudah mengubah budaya konsumtif ini. Kebiasaan konsumtif dan kurang menghargai uang kecil ini berimbas pada cara mengelola usaha yang berujung pada boncosnya usaha.


3. Pengalaman

Pengalaman kerja tak berkorelasi langsung kepada pengalaman bisnis. Ada banyak kasus, seorang direktur perusahaan pun tak menjamin sukses jika mengelola bisnisnya sendiri. Ada banyak orang berbakat jadi pekerja, namun tak bakat usaha.


Kurangnya pengalaman ini menyebabkan banyak pensiunan yang ditipu orang. Bahkan menjelang pensiun sudah banyak pelaku yang memprospek dalam bentuk investasi bisnis. Kelihatan kinclong, tapi sebenarnya jebakan.


Saat investasi sebulan sampai tiga bulan dikasih bagi hasil, saat investasi ditambah, setelah itu pengelola dana raib bersama dana investor. Cerita ini sudah tidak asing lagi.


Berikutnya tertipu money game alias investasi abal abal yang menjanjikan untung tinggi tanpa bekerja, cukup menaruh dana. Dapat bagi hasil bulanan.


Kurangnya pengalaman lapangan inilah yang dijadikan sasaran empuk penipu.Kalau dibikin sebuah analogi, cerita ini bisa jadi inspirasi.


Saat menjadi pekerja, seorang pekerja seperti halnya ayam ras yang ada dalam kandang bateray. Ransum, minuman, obat, kandang dan lainnya sudah disiapkan. Ayam tinggal bertelur sesuai jadwalnya. Ayam ras ini diharapkan memiliki produktifitas yang tinggi, karena semua kebutuhannya sudah dicukupi.


Beda lagi dengan wirausaha. Ibarat seperti ayam kampung, ditahap awal ndak ada jaminan, kadang tidur dipohon, diguyur hujan dan bersahabat dengan sambaran petir. Mau bertelur juga dimana saja, ala kadarnya. Semua harus disiapkan sendiri.


Bisa dibayangkan, jika seekor ayam yang terbiasa hidup ala ayam ras, kemudian harus hidup ala ayam kampung. Betapa beratnya.  


Biasa makan selalu disediakan, rumah disediakan, sarana kerja disiapkan, kemudian harus ceker cari makan dan rumah dipohon berkawan dengan hujan dan sambaran petir. Pastilah rasio matinya cukup besar. Kaget.


Bagaimana kiat agar bisa bertransformasi dari cara hidup ayam ras ke kampung. Jawabnya berproses. Namanya proses tidak ada yang instan.


Lantas, apa masukan buat para pekerja yang memang berniat menjadi wirausaha. Lewati proses transformasinya. Jika merasa tidak mampu, melihat rasio gagal dan ditipu orang, disarankan dana pensiun disimpan dan digunakan secara bijaksana saja. Itu lebih aman. 


Semoga pelajaran ini jadi pengingat, terkhusus buat yang nulis...


#Copas




Monday, February 15, 2021

Kondisi Pelaku Pariwisata Bali 2021

 Setahun sudah pandemi Covid-19 berlalu. Pulau Bali khususnya melalui segala himbauan dan peraturan pemerintah Gubernur Bali berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini.


Pelaku Pariwisata Bali tidak bisa berbuat banyak selain melepas semua modal kendaraan pariwisata untuk dijual atau ditarik kembali oleh Lembaga Keuangan / Finance, hanya bisa kembali ke alam menanam umbi-umbian, atau berkarya dengan buruh bangunan, jualan tissue, dan berbagai olahan makanan.


Saya sendiri praktis hanya mampu menyambung silahturahmi saja bersama teman-teman Wisatawan yang menjadi repeater tourist selama beberapa tahun terakhir. Tidak bisa berbuat lebih dari itu.


Keahlian saya mengikuti hobby, seperti Suka Jalan-jalan berwisata, suka menghibur teman-teman, suka fotografi intim atau sexy atau nude art dan boudoir, mampu membagikan Energi Tubuh Saya kepada Tubuh Anda dengan praktek latihan Olah Pernafasan. Sehingga tercipta stroom atau percikan energi bagi tubuh Anda. Mengaktifkan Cakra dasar atau Kundalini, yang pada suatu level atau tingkat terapi tertentu, mampu meningkatkan daya energi tubuh Anda untuk Anda menyembuhkan diri sendiri dari berbagai keluhan tubuh dan pikiran bahkan hati yang gelisah.


Semoga semua sehat dan berbahagia. Video YouTube di link ini.